Hi

Sabtu, 29 Oktober 2011

The Way You Look At Me (Christian Bautista)


(I Love this song ^^) ''Now'' =)



No one ever saw me like you do
All the things that I could add up too
I never knew just what a smile was worth
But your eyes see everything without a single word

CHORUS

‘Cause there’s somethin’ in the way you look at me
It’s as if my heart knows you’re the missing piece
You make me believe that there’s nothing in this world I can’t be
I never know what you see
But there’s somethin’ in the way you look at me..

If I could freeze a moment in my mind
It’ll be the second that you touch your lips to mine
I’d like to stop the clock, make time stands still
‘Cause, baby, this is just the way I always wanna feel

[Repeat CHORUS]

I don’t know how or why I feel different in your eyes
All I know is it happens every time..

‘Cause there’s somethin’ in the way you look at me
It’s as if my heart knows you’re the missing piece
You make me believe that there’s nothing in this world I can’t be
I never know what you see
But there’s somethin’ in the way you look at me..

Senin, 17 Oktober 2011

PONRAM MAN 3 Malang

PONRAM di Precet


Waktu menunjukkan pukul 03.00 WIB, sahur kali ini berbeda dengan sahur-sahur biasanya. rasa ngantuk, malas dan sebagainya berubah menjadi penuh semangat, bukan karena lauk asrama yang istimewa tapi karena hari ini aku akan pergi ke Precet sebuah desa yang terletak di daerah pegunungan dan lumayan jauh dari kebisingan kota. Tiga hari dua malam aku akan menghabiskan waktu ramadhanku untuk terjun langsung dalam kehidupan masyarakat kecil yang sesungguhnya dalam suatu kegiatan yang terstruktur yaitu ‘’Pondok Ramadhan’’ dengan tema ‘’Jika Aku Menjadi’’, yang diadakan oleh MAN 3 Malang. Hanya siswa kelas XI dan X saja yang dapat mengikuti kegiatan ini, waktu kegiatan pondok ramadhan antara putra dan putri dibedakan. Siswa kls X dan XI dibuat menjadi berkelompok-kelompok oleh sekolah, dan sudah ditentukan akan tinggal di rumah yang mana dan juga akan sholat di masjid yang mana. Aku mendapatkan kelompok 6 dengan anggota 5 orang yang semuanya kelas XI diantaranya Chusna, Fazza, Riska, dan Atika. Kelompok kami mendapatkan rumah yang dikepalai oleh bapak Mintono. Sebelum berangkat kami diberi pengarahan oleh bapak Dahlan dan bapak Nur Zaini di masjid al Falah, setelah itu siswa diangkut dengan truck tapi ada beberapa kelompok yang diantar oleh salah satu keluarganya menaiki mobil pribadi, termasuk aku dan kelompokku. Kebetulan Fazza diantar oleh saudaranya dan mengendarai mobil sendiri, alhasil kelompokku berangkat dan pulang tidak menaiki truck akan tetapi menaiki mobil pribadi milik Fazza tersebut.
Kami berangkat sekitar pukul 09.00 WIB dan tiba di Precet sekitar pukul 12.00 WIB, sesampainya disana, kami langsung diantar oleh pak Nur Zaini untuk menemui keluarga yang akan mengasuh kami 3 hari mendatang. Kami tidak bertemu pak Mintono karena beliau sedang bekerja, kami hanya menemui ibunya dan setelah sedikit berbincang-bincang, pak Nur meninggalkan kami untuk mengurusi kelompok yang lainnya. Kami mencoba mengakrabkan diri dengan ibu Mintono walau ada beberapa dari kami yang kesulitan berkomunikasi dengan ibu Mintono karena ibu Mintono tidak dapat berbicara dengan bahasa Indonesia, kami harus menggunakan bahasa jawa. Sekitar 15 menit kami melakukan perkenalan, kami berlima mohon izin untuk menuaikan sholat dzhuhur, setelah kami sholat dzhuhur kami membantu ibu Mintono untuk membuat tas anyaman yang ternyata tidak dimodali oleh ibu Mintono sendiri, ibu Mintono hanyalah pegawai untuk menganyam tas, sedang modal untuk membeli bahan-bahannya telah ditanggung oleh suatu perusahaan sendiri, dan yang membuat kami terkejut adalah biaya atau gaji hasil menganyam tersebut, setiap tas hanya diberi ongkos seribu rupiah, padahal membuat satu tasnya bisa menghabiskan waktu sekitar satu jam.
Siang itu terlewati dengan baik, sorenya ketika adzan ashar berkumandang kami bergegas ke masjid depan rumah untuk melaksankan sholat dilanjutkan dengan kegiatan sekolah yaitu tadarus al-Qur’an. Sekitar pukul 16.00 WIB kami kembali ke rumah dan membantu bu Mintono menyiapkan buka untuk kami makan bersama. Kami membagi tugas, ada yang belanja, ada yang menanak nasi, ada yang membuat sambal, menggoreng telur dan krupuk, juga membuat sayur-mayurnya. Masakan hasil kami dan bu Mintono pun siap dalam sekejap. Saat adzan maghrib berkumandang kami langsung mengambil wudhu dan ta’jil di masjid, setelah sholat berjama’ah kami berlari bersama menuju rumah untuk segera menyantap masakan buah tangan kami sendiri. Semua terasa nikmat apalagi dengan kondisi perut lapar dan makan bersama-sama seperti itu. Ketika adzan isya’ mulai terdengar kamipun segera bersiap untuk menuju masjid kembali dan menunaikan ibadah sholat sunnah tarawih dan witir, seusai itu kami langsung menyiapkan kasur dan mengatur ruangan kamar kami agar cukup untuk ditempati oleh lima orang dan kamipun mulai melakukan perjalanan dunia mimpi.
Keesokan harinya pukul 03.00 WIB, kami dibangunkan oleh ibu Mintono dan mengajak kami untuk sahur bersama, lauk yang kami makan masih sama dengan kemarin karena lauk kemarin masih sisa banyak daripada nanti mubadzir jadi kita tinggal memanasi ulang dan menyantapnya bersama-sama. Sekitar pukul 04.00 WIB kami menuju masjid, sholat shubuh, dan juga mendengarkan kultum. Setelah itu kami disuruh bersiap dengan pakaian olahraga untuk melakukan jalan pagi bersama para guru dan murid-murid lainnya. Jalan sehat itu mengarah ke arah gunung, begitu naik lebih jauh ke atas permukaan laut. Kami berfoto di beberapa tempat yang paling indah diantara tempat yang indah-indah. Setelah sampai puncak dan sudah tidak ada jalan lagi kamipun kembali turun dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah kami di ajak oleh ibu Mintono untuk memetik kopi di kebunnya, setelah berajalan melewati beberapa kebun, sawah, dan tegal akhirnya kami sampai di kebun kopi dan mulai memetik kopi yang berwarna merah. Setelah keranjang kami rasa sudah sangat penuh dan mulai berat untuk diangkat, teman-teman memutuskan untuk kembali pulang. Akan tetapi tidak untuk aku dan Chusna, kami ingin jalan-jalan ke sungai yang katanya sangat jernih dan indah. Akhirnya kami pun berpisah, hanya aku dan chusna yang melanjutkan perjalanan turun ke arah sungai, awalnya kami takut tersesat karena hanya kami berdua di tempat yang sangat sepi dan asing tersebut, akan tetapi semakin jauh kita melangkah, suara gemercik air sungai itu semakin terdengar dengan jelas yang membuat kami semakin bersemangat dan mulai mengikuti arah pendengaran kami. Ketika melihat sungai, kami berteriak riang dan mulai berlari mendekati sumber air yang mengalir deras dan mulai meneriakkan kata-kata yang ingin kami sampaikan pada dunia, misal cita-cita kami dan lain sebagainya. Cukup lama kami bermain air di sungai, kami pun memutuskan  untuk kembali ke rumah karena kami merasa lelah sudah menjalar kemana-mana.
Setibanya di rumah, kami langsung mengambil wudhu dan pergi ke masjid karena ternyata sholat dzhuhur berjamaah sudah dimulai. Setelah sholat berjamaah, kami langsung merebahkan badan kami dan tidur siang bersama teman-teman kami yang sudah pulang mendahului kami sedari tadi. Sekitar pukul 14.00 WIB kami bangun dan membagi tugas untuk bersih-bersih rumah. Setelah rumah beres, seperti biasa kami kembali ke masjid dan mulai sholat berjama’ah lalu tadarus al Qur’an, setelah itu kami pulang dan membantu ibu Mintono untuk memasak buka lagi, akan tetapi kali ini kami memasak lebih banyak karena sanak saudara ibu Mintono akan datang dan buka bersama, alhasil buka kami kali ini lebih ramai dan mengasyikkan karena di iringi dengan tawa renyah anak-anak kecil dari saudara ibu Mintono.
Isya’ tiba, kamipun kembali ke masjid dan melakukan sholat fardhu juga sunnah berjama’ah. Sesudah sholat witir selesai kami tidak boleh langsung pulang, karena akan diadakan pengajian yang berakhir sekitar pukul 22.00 WIB. Lepas itu kami langsung memulai untuk menemuni dunia dalam tidur kami. Kami sadar ini adalah malam terakhir di Precet, karena besok pagi kami harus kembali pulang dan menjalankan aktivitas sekolah seperti biasanya, berat sebenarnya Karena kami sudah merasa nyaman dan akrab dengan Ibu dan Bapak Mintono yang kebetulan anaknya sudah dewasa semua dan tidak tinggal bersama mereka lagi.
Jam 03.00 WIB kami kembali di bangunkan untuk sahur, setelah sahur kami kembali ke masjid dan mendengarkan kultum kembali. Sesudah itu kami ikut ibu Mintono untuk memeras sapi perahnya dan mencoba memerahnya satu persatu. Ketika susu sapi terasa tidak mau keluar lagi alias habis, kami pun menaruhnya di wadah khusus pengiriman susu dan mengantarkannya pada pemasok susu desa yang akan diberikan kepada koperasi kota Batu dan diolah menjadi susu Netsle. Yang membuat kami kembali terheran adalah 1 liter susunya hanya dihargai 3.000rupiah padahal jika sudah masuk Netsle harga satu kotak susunya bisa mencapai 50.000rupiah. dari situ kami sadar, inilah hidup. Kitalah yang akan berusaha untuk merubah nasib dan hidup kita, dan apapun yang akan diberikan oleh Allah SWT pada kita, seharusnya kita mensyukuri dan bersabar dalam segala cobaanNYA. Sekitar pukul 08.00 WIB, mobil yang menjemput Fazza telah sampai, maka tibalah waktu untuk mengucapkan,’’Sampai jumpa kembali’’ pada ibu dan bapak Mintono. Sebelumnya kami sempat berfoto bersama, setelah itu barulah kami menaiki mobil dan mulai menatap jendela, melambai-lambaikan tangan pada keluarga yang menakjubkan itu. Selamat tinggal Precet.

Template by:

Free Blog Templates